(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri dan duduk dan dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan(bertafakur)tentang penciptaan langit dan bumi, seraya berkata : Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia.” (QS. Ali Imran:191)
Juga difirmankan :
Dan pada dirimu sendiri, mengapa tidak kalian perhatikan ? (QS.Adz Dzariyah:21)
Diceritakan, Ubaid bin Umar, beliau berkata kepada A’isyah ra. terangkanlah kepada kami, sesuatu yang menakjubkan yang engkau dapati dari Rasulullah Saw. Aisah ra. berkata, Setiap perbuatan Rosululloh amatlah menakjubkan. Pernah beliau datang kepadaku pada malam giliranku. Beliau bersabda, Wahai A’isyah, biarkanlah malam ini aku beribadah kepada Tuhanku.(Sebenarnya Aisyah lebih senang Rasulullah Saw ada disampingnya,Tapi ia tidak keberatan meluluskan permintaan beliau). Maka bangunlah Rasulullah Saw. dari tempat tidurnya lalu mengambil wudhu untuk mengerjakan salat. Di waktu salat beliau menangis hingga membasahi janggutnya, dan ketika sujud air matanya sampai meleleh ke bumi. Kemudian beliau berbaring di atas lambungnya, sampai kemudian datanglah Bilal mengumandangkan adzan untuk salat Shubuh. Ketika mendapati Rasulullah menangis, Bilal bertannya : Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis, padahal Allah telah mengampuni segala dosamu baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Nabi Saw bersabda:Kasihan engkau wahai Bilal, Apa yang menghalangiku menangis? Malam ini Allah menurunkan kepadaku ayat: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”(Ali Imran:190). Selanjutnya beliau bersabda: “Alangkah rugi dan celaka nya orang yang membaca ayat ini, tetapi tidak bertafakur (merenungkan ) kandungan artinya.”
Karena itulah, maka bila datang waktu fajar dan setelah menunaikan salat subuh, seyogyanya seseorang banyak berzikir serta mengosongkan hatinya untuk bertafakur dan bermusabaha. Sebab dengan berzikir akan menambah kasih, dan dengan tafakur akan menambah rasa syukur serta akan mendatangkan rasa takut dan harap, sabar dan khusu’, cinta dan rindu dan lain-lainnya. Apalagi ber-tafakur mengenai akhirat niscaya akan mendatangkan hikmah yang tinggi dan menghidupkan hati. Oleh karena itu hendaknya seorang mu’min bertafakur tiap hari dengan hatinya guna mendekatkan diri kepada Allah.
Dan tafakur seseorang akan mengusahakan hati dan akal pikirannya selalu sadar, sehingga akan menuntunya menuju cita-cita yang mulia,yaitu mencari ridha Allah Swt. juga dengan tafakur seseorang akan dapat memasuki lapangan pemikiran tentang ciptaan Allah yang mengagumkan, atau tentang alam barzakh, akhirat dan semua hal yang berdemensi spiritual. Lebih-lebih tafakur yang disertai dengan uzlah, ia akan mendorong diri seorang abid ke arah pembersihan hati dari berbagai akhlak buruk untuk menuju kepada akhlak yang baik dan perilaku yang terpuji. Ia akan selalu menjadi penasehat yang jujur bagi diri setiap mukmin supaya hati dan akalnya tidak tertipu oleh hawa nafsu. Banyak hal dapatv direnungkan sebagai bahan tafakur,dan juga banyak waktu dapat digunakan untuk ber-tafakur.Di antara waktu yang tepat untuk melakukan dialoq batin melelui tafakur ialah sehabis melakukan salat,baik salat fardhu atau salat sunnah terutama tahajud. Selain itu dialoq dengan hati nurani sehabis salat itu akan lebih afdhal bila disertai dengan bertobat,mengakui kesalahan dan dosa-dosa dihadapan Allah Swt.Sedangkan di antara obyek tafakur yang disenangi oleh orang-orang alim dan ahli tafakur (ulil Albab ) adalah kejadian langit dan bumi sebagaimana disebutkan ayat diatas.
Bagi golongan ulil albab alam semesta ini merupakan suatu karya maha besar,sebuah ciptaan yang sempurna ,yang siapa pun merenungkannya pasti akan melihat bahwa Allah lah penciptanya.Begitu juga dunia berikut segala isinya, macam-macam kehidupan, kematian, kebahagiaan, kesedihan, semua merupakan daya tarik bagi mereka untuk ber-tafakur. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: ”Bahwa suatu kaum bertafakur tentang Allah, lalu nabiSaw. bersabda:
“Bertafakurlah tentang makhluk Allah, dan janganlah bertafakur tentang Allah. Sesungguhnya kamu tiada akan dapat mengkadarkan akan kadar Allah.”(HR.Abu Nu’main)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar