Meluruskan Aqidah Sesuai Al Qur'an dan As Sunnah

Sabtu, 09 Januari 2010

Sikap dalam Menghadapi Perbedaan

Allah SWT berfirman yang artinya, " dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa" (Al-An'aam: 153). Seorang tokoh tabi'in dan ahli tafsir, Abu al-Hajjaj Mujahid bin Jabar Al-Makki, berkata, "Jalan-jalan yang dimaksud dalam firman Allah tersebut adalah jalan-jalan bidah dan syubhat."

Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, "Saya berpesan kepada kamu sekalian, hendaklah kamu takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh, sekalipun kepada bangsa Habsy, karena sesungguhnya orang yang hidup antara kamu sekalian di kemudian aku, maka akan melihat perselisihan yang banyak; maka dari itu hendaklah kamu sekalian berpegang kepada sunahku dan sunah para khulafah yang menetapi petunjuk yang benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu gigitlah dengan geraham-geraham gigi, dan kamu jauhilah akan perkara-perkara yang baru diada-adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang baru diadakan itu bidah, dan semua bidah itu sesat." (HR Ahmad).

Allah SWT berfirman, "........... Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisaa': 59).

Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada suatu umat sebelumku, melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut dan sahabatnya, yang mengamalkan sunahnya dan menaati perintahnya. (Dalam riwayat lain dikatakan, "Mereka mengikuti petunjuknya dan menjalankan sunahnya.") "Kemudian setelah terjadi kebusukan, di mana mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Maka orang-orang yang memerangi mereka dengan lidahnya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman. Demikian juga dengan orang yang memerangi mereka dengan hatinya, niscaya dia termasuk orang yang beriman. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun." (HR Imam Muslim).

Nabi saw. bersabda, "Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bidah sesudah aku (Rasulullah saw.) tiada, maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bidah mereka. Dengan demikian, Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat." (HR Ath-Thahawi).

Kita telah diajarkan untuk tidak berlemah-lembut kepada kelompok aliran yang menyimpang dan menyesatkan, dan jika ingin mencari keutamaan, salah satunya adalah berdakwah dengan menjelaskan penyimpangan ajaran orang-orang yang telah membuat keyakinan baru agar orang-orang mengetahuinya. Sesungguhnya setiap muslim harus memprioritaskan husnudhan (prasangka baik) kepada sesama muslim, dan juga di dalam menyifati orang lain harus adil. Akan tetapi, tidaklah semua keadaan disikapi demikian, ada keadaan perkecualian, sebagaimana dicontohkan seperti kisah sebagai berikut.

"Dikatakan kepada Nabi saw: "Ya Rasulullah, sesungguhnya fulanah menegakkan salat lail, berpuasa di siang harinya, beramal dan bersedekah (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan lisannya." Bersabda Rasulullah saw., "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka." Berkata (perawi), "Sedangkan fulanah (yang lain) melakukan salat maktubah dan bersedekah dengan benaja kecil (tetapi) dia tidak menyakiti seseorang pun." Maka bersabda Rasulullah saw., "Dia termasuk ahli surga." (Silsilah Hadits as-Shahihah, no. 190).

Dalam hal ini, kata-kata Nabi "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka" (padahal orang yang dikatakannya adalah orang yang rajin mengerjakan syariat) adalah kata-kata yang berupa lontaran cerca. Kemudian terhadap perbuatan orang yang kedua, Nabi saw. hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya.

Rasulullah saw telah menjamin akan adanya segolongan umat yang tetap atas kebenaran hingga hari kiamat. Rasulullah saw. telah bersabda, "Akan ada segolongan dari umatku yang tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu." (HR Imam Bukhari).

"Akan tetapi ada dari kalangan umatku sekelompok orang yang terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran, sehingga orang yang ingin menghinakan tidak akan mendatangkan mudarat bagi mereka sampai datang putusan Allah (hari Kiamat)." (HR Imam Muslim).

Umat tersebut adalah umat yang telah disebut di atas, golongan yang masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah saw. Itulah umat yang akan selamat.

Peringatan :

Siapa saja yang masih merasa bingung dan ragu karena telah mengikuti pengajian suatu aliran, hendaknya janganlah langsung menerima dan meyakini doktrin-doktrin dari aliran sempalan yang pemahamannya bersimpangan jauh dengan para ulama yang lurus. Hati-hatilah dalam mengambil pemahaman ilmu-ilmu keagamaan.

Lebih amannya, untuk mencari kebenaran atau menjaga akidah yang lurus itu, hendaklah kita selalu berdoa dengan ikhlas mencari kebenaran yang sejati. Allah Maha memberi petunjuk kepada hambanya. Tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya siapa yang Allah tunjuki jalan yang lurus. Tiada pula yang dapat menunjukkan jalan yang lurus, siapa yang Allah sesatkan jalannya. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan petunjuk dan semoga kita termasuk orang yang ditunjukkan dan menempuh jalan yang lurus dengan taufik dan hidayah-Nya, amin.

Tidak ada komentar: