Meluruskan Aqidah Sesuai Al Qur'an dan As Sunnah

Jumat, 06 Agustus 2010

Lemah Lembut Terhadap Istri


Diantara sikap bergaul dengan lemah lembut kepada isteri, ialah dengan memanggil nama mereka dengan nama yang paling di sukainya, atau dengan mentashgirkan atau memendekkan namanya agar penyebutannya lebih indah, Rasulullah shallolohu alaihi wasallam memanggil Aisyah radiallohu anha dengan panggilan: wahai Aisy, jibril datang menyampaikan salam untukmu, Aisyah menjawab : alam balik atasnya Rahmat Allah dan berkah-Nya, engkau melihat apa yang aku tidak lihat, beliau maksud Rasulullah shallolohu alaihi wasallam. (Hadits riwayat Aisyah, Muhaddits Muslim (muttafaq 'alaih), hadits shahih, terdapat di dalam kitab: al Musnad as Shahih , hal: 2447).


Beliau juga memanggil Aisyah dengan sebutan: 'ya Humaira' yang artinya " wahai yang kemerah-merahan". Kata humaira' adalah bentuk tashgir (pengurangan atau diminutif) hamra' yang berarti putih, sesuai yang dikatakan oleh Ibn Katsir dalam kitab an-Nihayah, Imam Az zahabi mengatakan : kata al hamra' dalam bahasa orang hijaz berarti putih yang agak kemerah-merahan, hal ini jarang pada mereka. Oleh karena itu Rasulullah shallolohu alaihi wasallam bersikap lemah lembut kepada Aisyah dan beliau memanggilnya dengan nama-nama yang di pendekkan namun terdengar indah. 

Imam Muslim meriwayatkan dari Hadits Aisyah tentang puasa , Aisyah berkata: Rasulullah shallolohu alaihi wasallam mencium salah satu isterinya ketika beliau sedang berpuasa , kemudian dia (isterinya) tertawa". (HR. Muslim, shahih, sumber: Musnad shahih hal: 1106).

Dalam hadits yang lain yang di riwayatkan oleh Aisyah, beliau berkata: Rasulullah shallolohu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya diantara kesempurnaan iman orang-orang Mukmin ialah mereka yang paling bagus akhlaknya dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya". (HR. Tirmidzi, shahih namun tidak diketahui apakah Abi kilabah mendengarnya dari Aisyah, sumber: Sunan Tirmidzi hal: 2612).

Dari hadits-hadits ini kita bisa memperhatikan dengan jelas perhatian Rasulullah shallolohu alaihi wasallam terhadap isteri-isterinya, beliau bergaul dengan mereka dengan baik, salah satu contohnya beliau bergaul dengan Aisyah dengan pergaulan yang baik.

Diantara contoh kasih sayang, senda gurau terhadap keluarga ialah memberikan makanan, dalam satu riwayat di terangkan: " Rasulullah datang berziarah kepada saya (yang di maksud di sini adalah Sa'ad bin Abi Waqqash) ketika saya berada di mekkah, beliau tidak senang meninggal di tempat di mana beliau berhijrah, beliau bersabda: (semoga Allah merahmati Ibn Afra'), saya mengatakan : Wahai Rasulullah, apakah saya boleh mewasiatkan seluruh hartaku? Beliau menjawab: jangan, saya bertanya: setengahnya?, beliau menjawab: jangan, saya bertanya: sepertiga? , beliau menjawab: (maka sepertiga dan sepertiga itu banyak, sesungguhnya jika engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya adalah lebih baik dari pada engkau tinggalkan mereka dalan keadaan miskin dan meminta-minta kepada orang-orang, dan sesungguhnya apapun yang engkau nafkahkan adalah termasuk sedekah, walaupun itu hanya sesuap nasi yang engkau suapkan kemulut isterimu, semoga Allah mengangkat derajatmu, lalu setiap orang akan mengambil manfaat dari kamu ….) pada waktu itu beliau masih anak-anak. (di riwayatkan oleh Sa'ad bin Abi waqqash, hadits sahih, al muhaddits Bukhary, sumber: al jaami' sshahih, hal: 2742).

Walaupun hanya sesuap nasi yang anda suapkan kemulut isteri anda, hal itu akan di nilai sebagai sedekah, bukan hanya sekedar usaha hati,atau bergaul dengan bagus terhadap isteri-isteri, namun semua hal tersebut akan di balas dengan nilai sedekah oleh Allah Subhanahu Waa Ta'alaa. Oleh karena itu di antara sikap kasih sayang terhadap isteri ialah memberi mereka makan, berapa banyak isteri karena hal semacam ini dia menjadi simpatik, saya ingin bertanya kepada anda wahai saudaraku, wahai kaum pria…apa yang membebani anda melakukan hal tersebut? Tidak ada, kecuali mengikuti teladan yang bagus, mencari pahala, bergaul dengan baik dan untuk membangun jiwa. Bergaul dengan baik yang di sertai kasih sayang adalah suatu hal yang mana syariat memerintahkan anda untuk melakukannya yang akan menimbulkan rasa kasih sayang di hati.

Kita banyak membaca mengenai sejarah Rasulullah shallolohu alaihi wasallam dalam berbagai bidang di antaranya bidang pendidikan, iman, politik, militer atau ekonomi namun sedikit kita temukan mengenai sejarah Rasulullah shallolohu alaihi wasallam di rumahnya dan cara-cara interaksi beliau dengan para isterinya. Sesungguhnya orang yang secara cermat mengamati sejarah Rasulullah dalam hal hubungan keluarga beliau dia akan menemukan bahwasanya di sana terdapat banyak makna, yang kita sangat membutuhkannya di saat-saat sekarang ini, dan jika kita mengaplikasikan hal tersebut maka akan tercipta hubungan suami istri yang harmonis atau rumah tangga yang harmonis. Kami akan memberikan beberapa contoh dalam artikel ini mengenai sikap hormat Rasulullah shallolohu alaihi wasallam terhadap perasaan isteri-isterinya dan penjelasan bagaimana besar rasa cinta beliau terhadap isteri-isterinya.

Seorang suami mempunyai tabiat atau cara tersendiri untuk mengungkapkan perasaannya yang berbeda dengan cara dan tabiat seorang isteri. Karena seorang istri jika ingin mengungkapkan perasaannya maka dia akan mengungkapkannya dengan mengatakan "saya mencintai kamu" atau "saya rindu kepadamu" …"saya sangat membutuhkanmu"..dll. Kalimat-kalimat seperti ini sering sekali di ucapkan oleh seorang isteri kepada suaminya. Akan tetapi seorang suami mempunyai cara tersendiri ketika ingin mengungkapkan perasaannya maka dia mengungkapkannya melalui perbuatan sedikit sekali yang mengungkapkannya dengan perkataan.  Jika seorang suami ingin mengabarkan kepada isterinya bahwa dia mencintainya, maka dia akan membeli apa yang di inginkan sang isteri atau membeli beberapa makanan dan minuman atau barang-barang mewah. Inilah praktek seorang suami dalam mengungkapkan rasa cintanya.

Hal seperti ini adalah suatu cara yang berlainan dengan cara yang dilakukan Rasulullah, karena Rasulullah shallolohu alaihi wasallam mengungkapkan cinta dan kasih sayangnya melalui perkataan kepada Aisyah radiallohu anha. Hal ini berarti beliau bersikap lemah lembut kepada isterinya dan memberikan kepada isteri hal yang sangat ingin ia dengarkan dari suaminya secara langsung. Hal ini adalah suatu posisi yang tinggi dalam hal interaksi antar suami isteri.

Ibn Asaakir meriwayatkan dari Aisyah radiallohu anha bahwasanya Rasulullah shallolohu alaihi wasallam berkata kepadanya: " apakah engkau rela menjadi isteriku dunia akhirat? Beliau menjawab: ya aku rela. Lalu Rasulullah shallolohu alaihi wasallam berkata: engkau adalah isteri saya dunia dan akhirat". (perawi: Aisyah, hadits shahih, al muhaddits al Bany, sumber: Silsilatus Sahih hal: 2255).

Akan bagaimanakah jiwa dan perasaan Aisyah radiallohu anha ketika beliau mendengar kalimat-kalimat tersebut yang akan memberinya rasa aman dengan cinta dan kasih sayang dunia akhirat?............

Dalam sebuah keluarga, suami dan isteri keduanya saling melengkapi, oleh karena itu sikap saling menghormati dituntut dari kedua pasangan suami isteri, kami akan memberikan contoh dari Rasulullah shallolohu alaihi wasallam ketika beliau di kunjungi oleh isterinya Shafiyah dan beliau sedang melakukan I'tikaaf di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan. Shafiyah ngobrol bersama dengan Rasulullah. Setelah itu beliau pamit pulang, Rasulullah shallolohu alaihi wasallam pun berdiri lalu mengantarnya sampai kepintu, dalam riwayat yang lain beliau berkata kepadanya: " jangan terlalu cepat-cepat supaya saya bisa mengantarmu" , rumah Shafiyah berada di Dar usamah, Rasulullah shallolohu alaihi wasallam pun keluar mengantarnya, lalu beliau bertemu dengan dua orang dari Anshar, keduanya memandang ke arah Rasulullah lalu melintas, kemudian Rasulullah berkata kepada kedua orang tersebut: " silahkan kesini dia ini adalah Shafiyah binti Hayy ", kemudian keduanya berkata: " Maha Suci Allah ya Rasulullah. Rasulullah shallolohu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Syaithon mengalir pada diri  manusia seperti mengalirnya darah, dan saya khawatir hal tersebut terjadi pada diri kalian berdua ". (perawi: Shafiyah binti Hayy, hadits shahih, al muhaddits: Imam Bukhary, sumber: al jaami' shahih musnad hal: 2038).

Oleh karena itu ciptakanlah sikap saling menghormati dalam kehidupan rumah tangga, karena sikap saling menghormati adalah suatu rahasia terciptanya rasa kasih sayang sehingga menghasilkan rumah tangga yang sakinah.

Penulis : Ahmad Kasem Al-Hadad
diedit oleh :  al islam

Tidak ada komentar: