oleh: Ibnu Isma'il bin Ibrahim al-Muhajirin
Sabar adalah menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencari ridha Allah 'Azza wa Jalla. Sungguh sangat membahagiakan, jika sabar itu hadir dalam diri kita, namun betapa mengerikannya jika sabar itu pergi dari diri kita. Seseorang yang bersahabat dengan kesabaran akan tampak berwibawa dan dirindukan oleh setiap orang, karena tutur katanya yang lembut dan sikapnya yang hangat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membangun masyarakat Islam dengan landasan yang sangat kuat juga saling berkaitan, yang dengannya keberadaan ummat Islam dapat tertata rapi sehingga menjadi satu kesatuan jasad.
Akan tetapi, diantara sifat manusia adalah kekurangan, lupa dan lalai, karena itu terkadang ia melakukan sesuatu yang bisa menyakiti hati saudaranya.
Lantas jika mereka menghadapinya seperti yang dia lakukan terhadap saudaranya itu (yakni membalas menyakitinya atau berbuat serupa dengannya), maka sungguh mereka telah membantu syaithan. Karena itulah hendaknya mereka memberikan nasihat kepadanya, membalas keburukan yang diterimanya dengan kebaikan sehingga orang yang bersabar akan kembali kepada kebenaran, kemudian ia pun bisa mengawali amal perbuatan dengan baik.
Allah Tabaaraka wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya:
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang diantaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 34-36)
Allah Ta’ala memberikan kabar gembira kepada mereka yang menjawab seruan Allah ini, Allah Ta’ala telah menjanjikan kesuksesan dan kebahagiaan bagi mereka dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. Ar-Ra’du: 22)
Kesabaran seperti ini mesti diracik dengan rasa kasih sayang kepada saudara kita, agar ukhuwah semakin akrab dan persatuan semakin kuat.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.” (QS. Al-Balad: 17-18)
Maka berbahagialah bagi siapa saja yang bisa menahan kendali dirinya dengan santun, menahan kemarahan dan emosi, juga senantiasa membalas keburukan dengan sesuatu yang lebih baik, karena etika seperti inilah yang akan membawa kita kepada jalan yang lebih lurus.
Demikianlah yaa ayyuhal ikhwah fii sabilillah, hendaklah kita bisa mengambil hati yang dicintai, yang dengannya barisan musuh dapat berkurang dan persatuan dapat tetap terjaga. Maka segera mulailah merubah seorang musuh menjadi teman karib dan mendekatkannya hanya karena Allah.
Sabar adalah menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencari ridha Allah 'Azza wa Jalla. Sungguh sangat membahagiakan, jika sabar itu hadir dalam diri kita, namun betapa mengerikannya jika sabar itu pergi dari diri kita. Seseorang yang bersahabat dengan kesabaran akan tampak berwibawa dan dirindukan oleh setiap orang, karena tutur katanya yang lembut dan sikapnya yang hangat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membangun masyarakat Islam dengan landasan yang sangat kuat juga saling berkaitan, yang dengannya keberadaan ummat Islam dapat tertata rapi sehingga menjadi satu kesatuan jasad.
Akan tetapi, diantara sifat manusia adalah kekurangan, lupa dan lalai, karena itu terkadang ia melakukan sesuatu yang bisa menyakiti hati saudaranya.
Lantas jika mereka menghadapinya seperti yang dia lakukan terhadap saudaranya itu (yakni membalas menyakitinya atau berbuat serupa dengannya), maka sungguh mereka telah membantu syaithan. Karena itulah hendaknya mereka memberikan nasihat kepadanya, membalas keburukan yang diterimanya dengan kebaikan sehingga orang yang bersabar akan kembali kepada kebenaran, kemudian ia pun bisa mengawali amal perbuatan dengan baik.
Allah Tabaaraka wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya:
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang diantaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 34-36)
Allah Ta’ala memberikan kabar gembira kepada mereka yang menjawab seruan Allah ini, Allah Ta’ala telah menjanjikan kesuksesan dan kebahagiaan bagi mereka dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. Ar-Ra’du: 22)
Kesabaran seperti ini mesti diracik dengan rasa kasih sayang kepada saudara kita, agar ukhuwah semakin akrab dan persatuan semakin kuat.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.” (QS. Al-Balad: 17-18)
Maka berbahagialah bagi siapa saja yang bisa menahan kendali dirinya dengan santun, menahan kemarahan dan emosi, juga senantiasa membalas keburukan dengan sesuatu yang lebih baik, karena etika seperti inilah yang akan membawa kita kepada jalan yang lebih lurus.
Demikianlah yaa ayyuhal ikhwah fii sabilillah, hendaklah kita bisa mengambil hati yang dicintai, yang dengannya barisan musuh dapat berkurang dan persatuan dapat tetap terjaga. Maka segera mulailah merubah seorang musuh menjadi teman karib dan mendekatkannya hanya karena Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar