Meluruskan Aqidah Sesuai Al Qur'an dan As Sunnah

Kamis, 25 September 2008

Musafir dan Pohon Beringin

Hari sangat terik. Matahari bertengger tepat di atas kepala, menyebarkan hawa panas bagi setiap makhluk yang ada di bumi. Hari itu pula, seorang musafir sedang menempuh perjalanan jauh melewati hamparan sawah yang luas. Hawa panas yang ada membuat tubuhnya terasa terbakar, badannya kelelahan sehingga ia bermaksud mencari sesuatu untuk berteduh. Tempat yang dituju masih jauh, jadi ia perlu mengumpulkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan. Musafir itu terus berjalan, hingga tidak lama kemudian dijumpainya sebuah pohon beringin yang rindang dan berbuah lebat. Didekatinya pohon besar di tengah sawah itu. Kemudian dengan segera ia menurunkan tas yang tadi membebani bahu. Ia pun segera bersandar pada batang pohon beringin itu. Sambil tiduran, ditebarkan pandangan ke hamparan sawah yang ada di hadapannya.

Dadanya berdegap kagum menyaksikan buah-buahan semangka yang tersebar di sekelilingnya. Buah itu besar, seperti bola hijau yang tampak menyegarkan. Puas menyaksikan buah semangka, musafir itu mengarahkan pandangannya pada pohon beringin yang berbuah lebat diatasnya. Namun ada yang terasa aneh baginya. Pohon beringin yang sebesar itu hanya menghasilkan buah-buahan yang kecil. Demi melihat pemandangan tersebut, sang musafir berkata dalam hati, “Sungguh Allah tidak Adil. Kenapa pohon beringin yang begitu kokoh dan kuat hanya menghasilkan buah yang kecil seperti anggur. Sedangkan pohon semangka yang kecil dan rapuh mampu menghasilkan buah sebesar bola”

Setelah merenungi pohon semangka dan beringin, sang musafir pun kemudian tertidur di bawah pohon beringin itu. Belum lama ia terlelap, tiba-tiba sebutir buah beringin jatuh tepat mengenai kepala sang musafir. Kontan musafir itu terbangun karena kaget. Dipandanginya buah beringin yang baru saja mengenai kepalanya itu. Dalam hati ia berkata, "Alhamdulillah, untung buah pohon beringin ink kecil. Hufh...andai saja buah itu sebesar buah semangka, entah bagaimana keadaanya jika buah itu jatuh menimpa orang yang berteduh di bawahnya. Sungguh Allah maha adil atas segala sesuatu. Dia maha tahu atas apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya." Ia segera mengucap istigfar berkali-kali, memohon ampun pada Allah, atas apa yang telah terbersit dalam hatinya tadi.

Betapa halus teguran Allah, betapa besar kedasyatan ciptaan-Nya yang harus kita renungi bersama. Namun sering kali kita tidak puas melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita, padahal bisa jadi hal itu lebih baik bagi kita.

Allah dengan jelas telah berfirman:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu ; Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S Al-Bagarah : 216).

Sumber bacaan : Majalah Qonsis

Tidak ada komentar: